Rabu, 11 Agustus 2010

KITA KEKURANGAN AIR TAWAR

Saya pernah menginap di wilayah-wilayah yang langka air. Lokasinya ada yang di pesisir pantai seperti daerah Ancol Jakarta Utara, pesisir Subang (desa Blanakan dan Muara Ciasem), di daerah karst seperti Gunung Kidul dan juga di gurun pasir yaitu di Makkah – Madinah. Di semua wilayah itu, kita harus dapat berhemat dalam memanfaatkan air tawar bersih. Air tawar bersih digunakan hanya untuk keperluan primer seperti makan dan minum, sedangkan untuk keperluan higienis lainnya seperti mandi dan mencuci perlu diperhitungkan jumlah pemakaiannya secara bijak agar tidak berfoya-foya untuk membuang air.

Air di bumi mayoritas dalam bentuk air asin yaitu sebesar 97,5%. Sekitar 1% di antaranya adalah air tanah yang payau. Sisanya 2,5% adalah air tawar. Sekitar dua pertiganya adalah air permukaan yang cair dan air tanah. (Sumber: National Geographic April 2010). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya kita kekurangan air tawar yang bersih dan layak diminum, bukan sekedar kekurangan air saja.

Negara bergurun pasir melakukan upaya desalinasi untuk mendapatkan air tawar bersih. Desalinasi ini adalah mengubah air laut yang bergaram menjadi air tawar. Air leding di Makkah dan Madinah menggunakan air desalinasi ini. Meskipun demikian, masih terasa sedikit asin meskipun samar. Jika air tersebut direbus, lama-lama di dasar wadah rebusan akan tampak endapan putih.

Di Indonesia, masih banyak dijumpai air yang keruh yang tidak layak diminum. Namun karena langkanya sumber air maka air keruh tersebut masih digunakan. Yang umum dilakukan adalah penjernihan dengan tawas (kalium aluminium sulfat) yang tentunya tidak murah harganya bagi warga pedesaan.

Salah satu cara murah dan mudah untuk menjernihkan air untuk minum adalah dengan menggunakan biji kelor (Moringa oleifera) (Sumber: Soerjani dkk. 1987. Lingkungan: Sumberdaya Alam, Dan Kependudukan Dalam Pembangunan. UI Press. Jakarta). Biji kelor ini berfungsi sebagaii zat pengental (koagulan). Biji kelor yang dipakai adalah yang sudah tua dan kering. Biji ini ditumbuk pelan-pelan dan dibilas, kemudian dicampurkan dengan semua air yang akan dijernihkan serta diaduk-aduk sampai homogen. Setelah dibiarkan selama 3 jam, maka air sudah kelihatan jernih. Air yang sudah jernih ini dipindahkan dengan hati-hati ke wadah lain dan endapan yang terjadi di dasar wadah pertama segera dibuang. Rerata setiap satu liter air keruh memerlukan satu biji kelor agar air menjadi jernih. Hasil dari penjernihan ini memiliki kualitas yang lebih baik, karena:
1) Mikroba/bakteri menjadi berkurang jumlahnya dalam waktu tertentu, sehingga dapat mengurangi penyakit yang disebabkan karena infeksi.
2) Mengurangi penyakit gastro-enteritis (sakit saluran pencernaan).
3) Karena zat organik berkurang, maka re-kontaminasi dapat dikurangi.
4) Karena air organik menjadi jernih maka air menjadi lebih mudah mendidih, yang berarti hemat bahan bakar.

Selain berhemat dalam pemanfaatan, kita pun dapat melakukan upaya untuk mengurangi kecepatan air hujan dan air permukaan tanah menuju ke laut. Caranya antara lain dengan:
1) Menanam pohon dan tumbuhan bawah lainnya, sehingga air hujan dapat meresap ke dalam tanah, tidak langsung mengalir menuju sungai. Penanaman pohon dan tumbuhan ini dapat membantu mengurangi erosi dan banjir.
2) Halaman rumah jangan di-plester dengan semen, lebih baik dengan menggunakan conblok atau dengan batu kerikil. Lebih baik lagi ditanami dengan rerumputan dan semak-semak hias.
3) Membuat sumur resapan atau biopori di halaman rumah kita atau di lingkungan kita lainnya (sekolah atau kantor). Sumur/biopori ini berfungsi untuk menyuntikkan air hujan langsung ke dalam tanah, agar tidak terlalu banyak mengalir di permukaan tanah.

Tindakan kita itu mungkin tergolong kecil dan tidak memberikan pengaruh yang nyata (signifikan), tetapi jika dilakukan oleh banyak orang hasilnya akan menjadi nyata, yaitu memberikan pengaruh yang positif bagi kelestarian air. Apa pun juga, kelestarian alam dan air tawar yang layak pakai tergantung kepada semua pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu semua manusia yang hidup di bumi ini. Mulailah dari sekarang dan dari yang terkecil atau cara termudah yang dapat kita lakukan.


Salam lestari!