Selasa, 10 September 2013

PRAMUKA DAN KONSERVASI ALAM



Kurikulum 2013 diterapkan mulai bulan Juli 2013. Kurikulum 2013 memang belum akan dilaksanakan pada semua sekolah di Indonesia. Pada tahun pertama, kurikulum ini akan diimplementasikan pada 6.325 sekolah tersebar di seluruh propinsi dan 295 kabupaten/kota. Kandungan kurikulum ini serba berbentuk segitiga utuh. Segitiga yang pertama adalah tujuan pendidikannya yaitu meningkatkan pengetahuan, membentuk sikap yang positif serta meningkatkan keterampilan peserta didik. Segitiga yang kedua adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut melalui kegiatan kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan kurikuler adalah kegiatan pembelajaran di dalam kelas; kegiatan ko-kurikuler adalah kegiatan pendukung kurikuler yang dikerjakan di luar kelas, seperti membuat makalah tugas, laporan praktik; sedangkan kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran, yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah. Kegiatan ekstra kurikuler ini dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran atau bidang pengembangan, menyalurkan bakat dan minat yang menunjang pencapaian tujuan instruksional.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh,  dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 Pramuka adalah salah satu kegiatan yang diwajibkan dalam ekstra kurikuler. Pramuka diwajibkan karena dalam kegiatan ini anak-anak akan banyak mendapat instrumen tidak saja sikap tapi menumbuhkan cinta negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Logikanya melalui Pramuka, segitiga tujuan pendidikan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) akan mudah dicapai.

Saat ini semakin marak paradigma hidup ramah lingkungan, seperti “Go green”, “Back to nature”, di kalangan masyarakat, disamping adanya peningkatan minat untuk menanam pohon yang memiliki nilai ekonomi bagi penanamnya. Meluasnya paradigma ini menimbulkan kesadaran baru akan pentingnya kelestarian alam. Paradigma ini dapat membuat kegiatan Pramuka di bidang kehutanan menjadi menarik perhatian dan minat. Satuan Karya (Saka) Pramuka di bidang kehutanan yaitu Saka Wanabakti.
Ruang lingkup materi Saka Wanabakti meliputi pengelolaan hutan, pemeliharaan hutan dan sumber daya alam, penyelamatan hutan dan lingkungan hidup, dan pemanfaatan hasil hutan bagi masyarakat, tentunya tanpa meninggalkan materi-materi kepramukaan lainnya. 

Saka Wanabakti dapat menangkap peluang besar dari penerapan Kurikulum 2013 dalam melibatkan generasi muda yang bertanggungjawab terhadap pelestarian sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH). Pramuka adalah satu program pendidikan untuk generasi muda. Generasi muda inilah yang kelak akan menentukan jalannya kehidupan dan pembangunan di Indonesia. Melalui Saka Wanabakti pula, Pemerintah cq. Kementerian Kehutanan akan dapat diringankan bebannya dalam menjaga kelestarian SDA dan LH. Logikanya jika masyarakat Indonesia sadar akan kelestarian alam dan ikut aktif menjaganya, berarti beban-beban tugas (seperti penjagaan/perlindungan kawasan hutan, pengawetan plasma nutfah dan pemanfaatan yang lestari) yang diemban oleh Kementerian Kehutanan pun ikut berkurang. Sebagai contoh, kegiatan KMDM (Kecil Menanam Dewasa Memanen) merupakan pembelajaran bina cinta lingkungan dan keterampilan tanam menanam yang perlu ditanamkan sejak anak-anak berusia dini.  Kegiatan KMDM diharapkan akan dapat menumbuhkembangkan minat dan rasa cinta akan pohon, hutan dan alam lingkungan sekitar, disamping itu kelak individu tersebut akan dapat memetik manfaat dari hasil jerih payahnya yang berupa hasil panen dari pohon yang ditanamnya. Kegiatan KMDM ini dapat diterapkan bagi Pramuka anggota Saka Wanabakti mulai dari tingkat Penggalang (usia murid sekolah dasar). 

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi sekarang dan masa depan. Pencapaian tujuan pembangunan tersebut akan gagal jika tidak disiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dan berorientasi masa depan (futuristik). Dengan melalui Saka Wanabakti, akan diperoleh SDM yang beragam profesi namun sadar dan ramah lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Saka Wanabakti perlu menyiapkan materi yang menarik, promosi dan sosialisasi yang menarik pula. Manusia pada umumnya berpikir praktis yaitu “Apa keuntungan saya jika saya mengikuti suatu kegiatan tertentu?”. Dengan landasan cara berpikir demikianlah, maka perlu dipersiapkan program-program yang menarik dan sesuai kondisi lokal peserta didik. Semakin menarik program Saka Wanabakti, semakin banyak generasi muda yang akan terlibat, semakin banyak pula pemuda penerus bangsa yang pro konservasi. Kembali lagi ke Pemerintah cq. Kementerian Kehutanan, akankah kegiatan Saka Wanabakti didukung sepenuhnya demi menjaga kelestarian alam Indonesia?