Rabu, 16 Mei 2012

ALAM TAKAMBANG JADI GURU

Filosofi Alam Takambang Jadi Guru adalah filosofi yang berasal dari kebudayaan Minangkabau, Sumatera Barat. Filosofi yang menarik buat penulis yang bukan orang Minang karena makna yang terkandung di dalamnya. Filosofi ini bermakna bahwa salah satu sumber pendidikan dan pengetahuan dalam hidup manusia berasal dari alam semesta. Suku Minangkabau adalah sukubangsa di Indonesia yang berprinsip ’Adat basandi syara (syariah, hukum Islam), syara basandi kitabullah (Al Qur’an)’, yang menunjukkan bahwa sukubangsa Minang sangat menjunjung ajaran (syariah) Islam sebagai sendi-sendi kehidupannya. Dengan demikian, filosofinya pun berlandaskan ayat-ayat Al Qur’an. Firman Allah SWT dalam QS. Lukman ayat 20,”Tidakkah kamu perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)-mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin...”. Begitu banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menggambarkan fenomena-fenomena alam semesta secara garis besar, tinggal bagaimana manusia menafsirkannya dengan ilmu yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya, dan apa manfaat penafsiran tersebut bagi mereka, akan menambah kadar keimanannya atau sebaliknya, menambah kesombongan dan keingkarannya. Di bidang ekologi, dikenal siklus hidrologi. Secara garis besar siklus ini digambarkan sebagai berikut: air hujan jatuh di mana-mana di permukaan bumi ini. Sebagian besar air hujan tersebut kemudian tertahan untuk sementara di tempat jatuhnya semula di atas tanah, sebagian diisap oleh akar tumbuh-tumbuhan. Sebagian lainnya mencari jalan ke tempat yang lebih rendah, dan akhirnya sampai ke sungai yang disebut air larian (run-off). Ada pula yang meresap ke dalam tanah, yang disebut air tanah. Sebagian dari air tanah maupun air larian akan kembali ke atmosfer melalui penguapan (evapotranspirasi) dan transpirasi tumbuh-tumbuhan. Air permukaan dan air yang ada pada makhluk hidup menguap menjadi awan, yang apabila terkena udara dingin akan mengembun dan turun menjadi hujan. Siklus ini berlangsung terus menerus. Air selalu berada dalam siklus hidrologi sehingga relatif jumlahnya tetap. Ayat-ayat Al Qur’an yang terkait peristiwa hujan antara lain: 1. QS. Ibrahim ayat 32,”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezeki bagimu...”. 2. An Nahl ayat 10,”Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.”. Ayat-ayat berisi tentang turunnya hujan dan kegunaannya bagi makhluk hidup dimaksudkan untuk difahami oleh manusia. Apakah manusia memperhatikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-harinya atau mengganggap fenomena alam adalah sesuatu yang lazim terjadi? Termasuk merugilah orang yang tidak memperhatikan fenomena alam dan mengkaitkannya dengan kebesaran Allah SWT serta hikmah yang terkandung di dalamnya. Hikmah dari siklus hidrologi tersebut, salah satunya adalah semua mengikuti aturan-aturan yang sudah ditentukan, air menguap menjadi uap air yang kemudian terbawa angin.....dst. Tidak mungkin air langsung naik ke langit kemudian langsung turun menjadi hujan, tanpa melalui proses penguapan. Salah satu contoh menarik lainnya adalah kisah Isaac Newton. Newton mendapatkan rumus tentang teori gravitasi dan sebuah apel yang jatuh dari pohon. Dikisahkan bahwa suatu hari Newton duduk dan belajar di bawah pohon apel. Suatu saat sebuah apel jatuh dari pohon tersebut. Dengan mengamati apel yang jatuh, Newton mengambil kesimpulan bahwa ada sesuatu kekuatan yang menarik apel tersebut jatuh ke bawah, dan kekuatan itu dikenal dengan nama gravitasi. Ini merupakan contoh bagaimana Newton belajar dan mendapat ide dari fenomena alam. Dapat dikatakan bahwa filosofi ”Alam takambang jadi guru” sebenarnya bukan filosofi kekhususan suku Minangkabau, tetapi merupakan filosofi umum yang seharusnya disadari oleh umat manusia, bahwa mereka sesungguhnya hanya menemukan (inventory) bukan menciptakan sesuatu. Dalam Al Qur’an banyak kalimat yang menyuruh manusia memikirkan makna dari fenomena alam yang ada di sekitarnya, kalimatnya antara lain berbunyi.”Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”, seperti pada QS An Nahl ayat 11. Kalimatullah inilah yang sesuai dengan filosofi ”Alam takambang menjadi guru”. Tinggal manusia sajalah yang mampu menangkap pesan tersebut atau tidak. Wal Allahu ’alam...

Tidak ada komentar: