Senin, 21 Desember 2009

SIRAH NABAWIYAH 1 tentang kepribadian Nabi

Tulisan ini merupakan sedikit cuplikan dari tulisan Prof.Dr. Husein Mu’nis yang berjudul “Al-Sirah Al-Nabawiyah. Upaya reformasi sejarah perjuangan Nabi Muhammad s.a.w” yang terjemahannya diterbitkan oleh Penerbit Adigna Media Utama. Jakarta, tahun terbit cetakan pertama adalah 1999.

Memang buku tersebut terbitan 10 tahun yang lalu, kebetulan saya baru sempat baca saat menjalankan ibadah haji di tahun 2009 ini, mulai dari Madinah hingga ke Makkah. Membaca buku sirah nabawiyah di lokasi kejadian tersebut menambah pemahaman tertentu terkait dengan emosi yang terbawa. Buku ini menarik bagi saya karena kupasannya menceritakan tentang kepribadian dan kompetensi Nabi Muhammad s.a.w. Oleh karena itu, setelah saya selesai membaca buku tersebut di Makkah, saya bertekad untuk mencuplik bagian-bagian tertentu yang menunjukkan kehebatan seorang manusia rasul yang bernama Muhammad.

Mengapa disebut manusia rasul? Beliau adalah seorang manusia biasa yang memiliki kualitas prima berupa kecerdasan, kesehatan jasmani dan rohani serta akhlak yang terjaga; sedangkan sebagai rasul, beliau mendapat wahyu dari Allah SWT untuk menyampaikan agama tauhid, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.

Mengapa kita, kaum muslimin, harus membaca sirah? Sirah adalah wahana pendidikan. Kita mempelajarinya dengan tujuan supaya dapat mengikuti jejak Rasulullah dalam akhlak dan perilaku, dalam bersikap dan bertindak. Beliau sebagai suri tauladan dengan sengaja diperhadapkan kepada berbagai tantangan, cobaan dan perlakuan yang menyakitkan agar setiap pengikutnya menyadari bahwa semua itu adalah bagian dari perjuangan hidup setiap muslim yang jujur memperjuangkan agama. Dalam perjuangan diperlukan akhlak yang tinggi, perilaku yang sehat serta tindakan yang arif. Sunnah rasul ialah segenap jejak Rasulullah; baik ungkapan, perbuatan maupun ketentuan-ketentuannya.

Menurut Mu’nis, adalah tetap bahwa Allah menjamin keberhasilan risalah-Nya, namun Dia mempercayakannya kepada Muhammad dan membiarkannya mengarungi perjuangan di dunia manusia dengan cara-cara manusiawi. Beliau mengajarkan bagaimana memelihara prinsip agar tidak tergoyahkan oleh tantangan apapun, bagaimana menghadapi lawan dengan sikap sabar, tabah dan penuh lapang dada dan bagaimana meyakinkan orang-orang secara persuasif dengan argumentasi yang tepat serta bagaimana menghadapi tantangan dengan semangat iman yang dalam dan hati yang teguh.

Mu’nis menuliskan bahwa sudah menjadi takdir Allah umat Islam akan menghadapi tantangan dan kondisi yang pada esensinya sama dengan yang dihadapi dan dialami Rasulullah. Untuk itu keteladanan Rasulullah akan merupakan modal dasar bagi kesuksesan perjuangan umat Islam. Umat Islam akan berjuang tanpa menggunakan kekerasan, tetapi dengan perdamaian, pengajaran yang berbudi dan tauladan yang baik. Kekerasan hanya dapat dipergunakan jika menghadapi lawan yang sengaja menabur rintangan bagi sampainya pesan-pesan Islam kepada setiap orang.

Kepribadian dan perilaku Rasulullah s.a.w ini memang telah ditentukan sebagai contoh untuk umat Islam sesuai firman Allah SWT di surat Al Ahzab (33) ayat 21 yang artinya sebagai berikut,”Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.
Wal Allahu ‘alam.

Tidak ada komentar: