Selasa, 22 Desember 2009

SIRAH NABAWIYAH 2 tentang Nabi sebagai agen perubahan

Tulisan ini merupakan sedikit cuplikan dari tulisan Prof.Dr. Husein Mu’nis yang berjudul “Al-Sirah Al-Nabawiyah. Upaya reformasi sejarah perjuangan Nabi Muhammad s.a.w” yang terjemahannya diterbitkan oleh Penerbit Adigna Media Utama. Jakarta, tahun terbit cetakan pertama adalah 1999. Tulisan ini sambungan dari Sirah Nabawiyah 1 tentang kepribadian Nabi.

Saat Rasulullah hijrah ke kota Madinah, masyarakatnya masih saling bermusuhan antara saru golongan dengan lainnya. Tugas pertama yang dilakukan Rasulullah adalah mempersatukan mereka berdasarkan persaudaraan dan persahabatan di bawah naungan Islam dan demi tercapainya suatu tujuan yang sangat mulia, yaitu tersebarnya dakwah Islam di kalangan segenap umat manusia dan untuk sepanjang masa.

Rasulullah membangun peradaban Madinah dengan dasar-dasar moral Islam dalam bergaul dan bermasyarakat serta dengan sistim syura (permusyawaratan) dalam urusan politik. Sebelum meletakkan dasar-dasar syura, beliau memantapkan persatuan dan persaudaraan antara muhajirin (pendatang) dan al anshar (penduduk asli) yang saling mencintai. Untuk pertama kalinya, bangsa Arab mengenal adanya suatu ikatan persaudaraan tanpa hubungan kerabat.

Setelah akar persaudaraan sudah mantap berakar dalam diri individu, maka diproklamirkanlah Al Shahifah (Piagam Madinah), suatu undang-undang dasar untuk mengatur kehidupan sosial-politik Madinah baik ke dalam maupun ke luar. Piagam ini merupakan hasil perundingan dan permusyawaratan antara semua pihak, kaum muhajirin, al anshar dan suku-suku lainnya. Keseluruhan materi piagam tersebut merupakan nilai-nilai Al Qur’an yang menjelma menjadi kepribadian umat menggantikan kepribadian jahiliyah. Keseluruhan nilai-nilai Al Qur’an telah dipraktekkan dan dicontohkan serta dijelaskan oleh Rasulullah, itulah yang kita namakan Sunnah Rasul.

Kepemimpinan Muhammad s.a.w berdasar kepada tiga azas, yaitu: akidah, syari’at dan moralitas Islam. Berkat kepemimpinan beliau dengan sistim syura dan sistim pendidikan dengan ketauladanan yang baik, telah berhasil menghidupkan dan membangkitkan kesadaran positif manusia yang merupakan dasar bagi bangunan suatu umat yang kokoh.

Yang menyebabkan kesadaran tersebut lahir dan hidup adalah kenyataan bahwa dengan menerapkan nilai-nilai Islam mereka memperoleh ketenangan, stabilitas, keamanan jiwa dan harta serta kehormatan masing-masing, sehingga memperjuangkan Islam berarti memperjuangkan suatu sistim yang menjamin kepentingan mereka sendiri. Kesadaran keislaman yang tinggi hanya dapat ditumbuh-kembangkan dengan membersihkan jiwa dan menjernihkan hati nurani, dan hal itu merupakan titik sentral ajaran dan pesan-pesan Al Qur’an.
Keberhasilan Rasulullah melakukan transformasi sosial yang hebat dan menakjubkan itu sangat ditentukan oleh rencana kerja yang sistimatis yang diperkuat dengan kader-kader pendukung dan penyebar misi yang berkualitas tinggi sehingga mereka menjadi basis perjuangan yang mampu merealisasikan pesan-pesan dan ketentuan Allah dengan tepat waktu dan penuh konsekwen.
Wal Allahu ‘alam.

Tidak ada komentar: